
FOMO (Fear of Missing Out) adalah kondisi di mana seseorang merasa cemas jika tertinggal dari tren atau perkembangan terbaru, termasuk dalam hal keuangan. Dalam aspek finansial, FOMO dapat menyebabkan pengambilan keputusan impulsif yang berpotensi merugikan.
Contoh umum dari FOMO keuangan adalah investasi mendadak yang dilakukan tanpa perencanaan, hanya karena takut tertinggal. Untuk menghindari ini, penting untuk tetap rasional dan mempertimbangkan setiap keputusan dengan matang.
Apa itu FOMO?
Secara sederhana, FOMO adalah ketakutan akan ketinggalan hal-hal yang sedang tren, terutama yang berkaitan dengan keuangan, seperti investasi, pembelian barang mewah, atau gaya hidup.
Dalam keuangan, hal ini sering kali muncul ketika seseorang melihat orang lain mendapatkan keuntungan dari sebuah tren, misalnya kenaikan harga saham, crypto, atau peluang investasi lainnya, dan merasa terdorong untuk ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan risikonya.
FOMO seringkali membuat seseorang merasa harus segera berpartisipasi untuk “mengikuti tren” meskipun tanpa persiapan atau pemahaman yang cukup. Hal ini bisa berbahaya karena pengambilan keputusan yang terburu-buru, khususnya dalam finansial, bisa mengakibatkan kerugian besar.
Dampak FOMO bagi Keuangan
FOMO adalah fenomena yang bisa membuat seseorang khawatir jika ketinggalan gaya hidup yang sedang populer. Ketakutan tertinggal inilah yang sering kali membuat seseorang melakukan apa pun agar terlihat “update,” termasuk mengeluarkan uang demi mengikuti tren tersebut.
Akibatnya, banyak orang terjebak dalam pengeluaran impulsif dan keputusan finansial yang kurang bijak. Lalu, apa saja dampak FOMO bagi kondisi keuanganmu?
1. Pengeluaran Berlebihan
FOMO sering membuat orang terdorong untuk membeli barang atau pengalaman yang sebenarnya tidak diperlukan demi “menyesuaikan diri.” Akibatnya, pengeluaran meningkat dan dana untuk kebutuhan penting sering kali terabaikan.
2. Utang yang Meningkat
Ketika hal ini menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, banyak orang yang akhirnya mengambil utang, seperti kartu kredit atau pinjaman, untuk membiayai pengeluaran mereka.
Akibatnya, seseorang bisa terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diatasi, yang semakin merusak kesehatan finansial dan bahkan menimbulkan stres psikologis.
3. Berinvestasi yang Berisiko
FOMO juga dapat memicu keputusan investasi impulsif karena ingin mengikuti tren yang tampak menguntungkan. Hal ini menyebabkan seseorang terburu-buru membuat keputusan yang tidak bijak, seperti ikut-ikutan berinvestasi tanpa riset yang matang hanya karena melihat orang lain melakukannya.
4. Gangguan Kecemasan
Ketika kondisi keuangan tidak stabil akibat FOMO, stres dan kecemasan dapat meningkat. Ketidakamanan finansial ini tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga dapat merusak hubungan interpersonal dan kualitas hidup secara keseluruhan.
5. Kesulitan untuk Menabung
Dampak FOMO juga sangat terlihat dalam kesulitan untuk menabung. Uang yang seharusnya dialokasikan untuk tabungan sering kali habis untuk memenuhi keinginan yang dipicu oleh FOMO.
Ketika dorongan mengeluarkan uang lebih kuat daripada komitmen menabung, tujuan finansial jangka panjang menjadi sulit tercapai. Hal ini dapat menghambat kesempatan untuk membangun kekayaan dan merencanakan masa depan, sehingga meningkatkan ketidakpastian finansial.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memiliki rencana tabungan yang jelas dan konsisten. Salah satu cara efektif adalah dengan melakukan investasi deposito di Universal BPR, yang menawarkan suku bunga hingga 6,75% untuk membantu uangmu tumbuh lebih cepat.
Dengan menempatkan dana dalam deposito, kamu bisa lebih disiplin dalam menabung, sekaligus mengurangi kemungkinan pengeluaran impulsif. Yuk, mulai rencanakan masa depan keuanganmu dengan bijak dan aman bersama Universal BPR!
Baca juga, Bunga Deposito Tertinggi: 5 Bank dengan Bunga hingga 8%