Tentunya kita sering mendengar kata investasi. Namun apakah kita tahu secara persis apa itu investasi? Apa tujuan investasi, apa saja yang termasuk kegiatan investasi, dan bagaimana caranya?
Pengertian Investasi
Investasi merupakan suatu kegiatan dimana kita akan menempatkan sejumlah dana pada satu periode tertentu dengan harapan dana yang ditanamkan menghasilkan keuntungan maupun meningkatkan nilai investasi di kemudian hari. Atau dengan kata lain, investasi itu adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh imbal balik yang lebih besar di masa depan.
Jadi pada dasarnya, tujuan investasi adalah untuk memperoleh hasil lebih besar (keuntungan) di masa mendatang. Namun begitu, tujuan investasi semata-mata bukanlah hanya untuk mencari untung di masa depan. Sebab selain meningkatkan kekayaan, fungsi investasi sebenarnya adalah untuk melindungi kekayaan atau aset. Investasi juga bisa meminimalkan risiko ketika terjadi penurunan kondisi keuangan.
Namun faktanya banyak orang kerap menjadikan investasi dengan beberapa tujuan. Misalnya untuk memperoleh penghasilan tetap, upaya memperbesar atau mengembangkan usaha, jaminan keberlangsungan bisnis, dan mempersiapkan masa depan.
Baca Juga : Investasi adalah: Pengertian, Jenis, dan Manfaat
Tujuan investasi untuk mengamankan kekayaan
Jika menilik lebih jauh, sebenarnya yang utama dari sebuah investasi itu adalah untuk mengamankan kekayaan dari inflasi. Kemudian ada pula motif investasi dengan tujuan menyediakan dana pensiun di hari tua nanti. Namun ada pula yang berinvestasi dengan maksud untuk mempersiapkan dana pernikahan serta untuk untuk mempersiapkan dana pendidikan anak.
Namun kembali lagi, sejatinya tujuan investasi itu adalah untuk mengamankan kekayaan dari inflasi. Sebab hampir semua negara memiliki inflasi dengan besaran yang berbeda-beda. Inflasi itu sendiri menjadi pertanda kalau ekonomi bergerak. Sebab uang terus beredar lewat transaksi-transaksi yang terjadi.
Di sisi lain, inflasi menjadi pertanda kalau harga barang beranjak naik. Dalam situasi tersebut, nilai uang perlahan-lahan bisa tergerus. Sehingga di sinilah peran investasi dibutuhkan.
Dengan berinvestasi, orang-orang bisa mengamankan kekayaan mereka dari inflasi. Inilah kunci sukses investasi yang paling utama. Misalkan inflasi dalam setahun rata-rata 3%, maka investasi dengan imbal hasil 3% lebih dari cukup buat mengamankan nilai kekayaan dari inflasi.
Baca Juga : Tips menabung agar terhindar dari perilaku konsumtif
Tujuan investasi untuk persiapan masa pensiun
Lalu bagaimana dengan investasi yang bertujuan untuk menyediakan dana pensiun untuk hari tua? Untuk hal ini sah-sah saja. Karena banyak orang yang belum siap ketika tiba waktunya untuk pensiun dari pekerjaan atau masa dinasnya.
Mereka merasa tidak siap karena dana pensiun yang dimiliki, entah dari perusahaan ataupun BPJS Ketenagakerjaan, dianggap belum cukup buat menjamin hidupnya setelah tidak lagi bekerja. Jadi jika mereka berinvestasi sejak awal bekerja, maka ketakutan-ketakutan seperti itu tidak mungkin menghinggapi pikiran mereka.
Tujuan investasi dalam hal ini adalah menciptakan dana pensiun agar di hari tua nanti segala kebutuhan bisa tercukupi. Sebab selain mengamankan uang dari inflasi, investasi dapat membuat nilai uang bertumbuh, baik dalam jangka waktu singkat maupun panjang.
Tujuan Investasi untuk biaya pernikahan
Lantas bagaiamana pula dengan motif investasi untuk biaya pernikahan? Ini lazim terjadi. Karena prinsipnya pesta pernikahan itu membutuhkan biaya yang cukup besar. Memang untuk menggelar seremoni pernikahan bisa digelar sederhana. Namun jika sudah pesta pernikahan, maka biaya yang dibutuhkan tentu tidak sedikit.
Dengan kondisi itu, mau tidak mau, dana yang tidak sedikit jumlahnya itu harus dikeluarkan agar pesta pernikahan bisa berlangsung. Berinvestasi jelas menjadi solusi cerdas dari permasalahan biaya pesta pernikahan itu. Imbal hasil atau return rata-rata 15% per tahun sudah lebih dari cukup mempersiapkan pernikahan pada usia 28-30 tahun apabila investasi dilakukan sejak awal bekerja.
Tujuan Investasi untuk persiapan dana pendidikan anak
Selain yang disebutkan di atas, ada pula yang menjadikan investasi sebagai cara untuk mempersiapkan dana pendidikan anak. Hal ini pun bisa dimaklumi. Pasalnya untuk biaya pendidikan anak hingga jenjang perguruan tinggi memang cukup menguras kocek.
Setelah menikah dan memiliki anak, tahapan selanjutnya yang harus dipikirkan adalah soal biaya pendidikan anak. Pengeluaran yang ditujukan sebagai dana pendidikan anak cukup besar angkanya. Ini sifatnya berkesinambungan dan berjenjang. Mulai dari pendidikan tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi semuanya membutuhkan biaya.
Sekadar informasi, biaya pendidikan setiap tahunnya cenderung naik. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut kenaikan dana pendidikan bisa mencapai 10% per tahun. Angka ini justru lebih tinggi dari inflasi secara umum yang berada di kisaran 3%.
Jadi dengan berinvestasi, maka besaran dana pendidikan yang menguras kantong itu bisa disiasati. Sebagai gambaran, berinvestasi saham bisa memberi imbal hasil atau return lebih dari 10% per tahun. Imbal hasil diperoleh dari kenaikan harga saham (capital gain) ataupun dividen.
Persiapan investasi
Untuk memulai investasi, sebaiknya tetapkan dulu jangka waktu investasi yang akan dilakukan; jangka panjang, menengah, atau pendek. Lalu yang tak kalah penting sebelum menetapkan jangka waktunya, kita perlu mengetahui tujuan investasi terlebih dahulu. Jika sudah tahu tujuan investasi yang diinginkan, selanjutnya adalah memilih jenis investasinya.
Ada berbagai jenis investasi yang bisa dipilih setiap orang. Beberapa jenis investasi yang bisa dipilih di antaranya adalah; investasi emas, investasi reksa dana, investasi saham dan properti.
Emas atau logam mulia merupakan investasi tertua dalam peradaban manusia. Emas menjadi sumber kemuliaan atau tolak ukur kekayaan seseorang. Investasi emas disebut juga sebagai investasi logam mulia. Jenis investasi ini ditujukan untuk jangka menengah atau jangka panjang. Pasalnya harga logam mulia atau emas cenderung stabil pada jangka pendek.
Selanjutnya adalah investasi reksa dana. Reksa dana adalah instrumen investasi yang saat ini paling mudah untuk dijangkau karena telah banyak ditawarkan di berbagai platform. Reksa dana juga sangat cocok bagi kita yang tidak memiliki dana besar untuk berinvestasi.
Kita harus disiplin dengan berinvestasi di reksa dana secara rutin agar hasil yang didapat maksimal. Reksa dana juga disesuaikan dengan tujuan investor. Misalkan reksa dana saham untuk jangka panjang dan reksa dana pasar uang untuk jangka menengah.
Sedangkan investasi saham adalah sebuah investasi di mana kita turut andil memliki sebuah perusahaan. Kita bisa berinvestasi dengan memiliki saham dari suatu perusahaan. Semakin banyak kita membeli saham perusahaan tersebut, maka semakin besar pula kepemilikan kita di perusahaan tersebut.
Risiko Berinvestasi
Meski menjanjikan keuntungan di masa depan, namun sesungguhnya berinvestasi itu juga memiliki risiko. Hasil yang tinggi juga memiliki risiko yang besar pula. Jadi, tidak ada jaminan bahwa berinvestasi itu selamanya menguntungkan. Risiko berinvestasi bisa terjadi akibat pasar yang fluktuatif, kondisi makro ekonomi, suku bunga, dan produk investasi yang tidak bisa langsung dijual.
Pasar yang fluktuatif
Tidak ada jaminan pasar saham akan stabil atau terus dalam kondisi menghijau. Semua yang terjadi di pasar dipengaruhi berbagai macam sentimen dari dalam negeri dan juga luar negeri. Saat pasar berkinerja baik, investasi kita positif. Namun jika pasar berkinerja kurang baik, investasi kita pun menjadi negatif.
Kondisi Makro Ekonomi
Kondisi makro ekonomi. Segala kebijakan yang dirilis Pemerintah, baik yang ekonomi dan nonekonomi tentunya akan membawa pengaruh pada kinerja pasar modal di Tanah Air. Kondisi makro ekonomi menjadi tolok ukur atau patokan investor yang masih ingin menempatkan uang mereka atau tidak di pasar modal Indonesia.
Suku Bunga
Suku bunga di Indonesia masih terbilang yang tinggi di Asia. Hal ini menandakan Pemerintah masih berpihak pada sektor lembaga keuangan, dalam hal ini perbankan. Suku bunga menjadi sentimen pasar yang cukup berpengaruh. Biasanya, di saat bunga tinggi, investor memilih untuk menempatkan dananya ke perbankan. Sebaliknya, saat suku bunga turun dan semakin rendah, investor memilih untuk menempatkan dananya di instrumen pasar saham.
Risiko lain yang bisa terjadi pada investasi adalah karena poduk investasi tidak bisa langsung dijual. Tidak seperti tabungan atau deposito yang sewaktu-waktu diperlukan dapat segera dimiliki. Tidak demikian dengan instrumen investasi. Butuh waktu yang cukup lama untuk menjualnya. Contohnya adalah properti yang tidak bisa langsung dijual dalam waktu cepat.
Berkaca dari sejumlah penjelasan di atas, kesimpulannya adalah investasi itu bermanfaat untuk membuat keuangan tetap sehat. Semakin cepat dimulai maka semakin terjamin keuangan atau aset kita di masa depan. Jadi, berinvestasilah sejak dini.
Baca Juga : Ayo hitung bunga yang anda dapatkan dari tabungan deposito disini